Anak-anakku sayang….. malam ini begitu temaram, lihatlah di sudut rumah ada binatang kecil yang terbang, di tubuhnya ada lampu kecil berkerlap kerlip indah. Sayapnya nyaris patah di dalam jaring laba-laba yang menanti untuk memangsanya. Kaki-kaki kecilnya berusaha melepaskan diri dari jeratan sang predator yang setia menunggu di ujung jaring. Semenit dua menit berlalu, akhirnya dia terlepas dari jeratan benang laba-laba. Nama binatang kecil itu kunang-kunang. Bentuknya yang mungil, dan rapuh membuatnya sering kalah melawan predator yang lebih kuat darinya.
Melihat mangsanya dapat menyelamatkan diri sang laba-laba hanya menengok lalu melanjutkan merajut jaring suatu pekerjaan yang tertunda. Semasa kecil, kami sebagai anak desa, sering mencari laba-laba yang sedang menganyam jaring. Jaringnya yang kuat, dan berwarna kuning menarik anak-anak untuk mendekat dan mencuri benangnya. Sang laba-laba hanya berlari ketakutan meninggalkan jaringnya tapi jejak masih tetap mengulurkan benang-benang baru yang terasa lengket di tangan.
Sang laba-laba berbentuk ramping, dan lucu, berwarna agak kekuningan dan hitam, paduan warna yang menakjubkan. Dari pantatnya akan terurai benang berwarna kuning bila ditarik. Tangan-tangan kecil anak desa berebut, mengulur benang tersebut, hingga lelah. Tawa dan canda berbaur menjadi satu, dari tubuh-tubuh mungil berkeringat, wangi bunga-bunga liar yang tersunting di rambut-rambut tak terurus.
Pernahkah terpikirkan siapa yang menciptakan semuanya??? Siapa yang menganyam helai demi helai kembang tasbih yang berdiri di antara semak-semak liar? Pernahkah terbersit nama Tuhan sang penciptaNya. Semuanya berbaur dalam tawa riang dan celetukkan spontan “Aduh…. Indahnya… bunga yang di ujung semak, hai lihat….. bunga tasbih sudah mekar, ayo kita petik, aku dapatkan segerombolan ulat kayu di pokok kayu yang tumbang, akhirnya rasa takjub dan syukur membahana dari bukit tempat bermain anak desa.
Di ujung bukit tumbuh pohon jambu batu, buahya lebat dan berwarna merah… di atas ranting yang cukup rendah. Anak desa melupakan laba-laba dan bunga-bunga peyunting rambut, semua berlari memetik jambu sambil tertawa girang. Di bawah pohon jambu yang rindang di atas bukit bersemak, anak desa duduk beristirahat, mulut-mulut kecil mengunyah jambu, pelepas dahaga dan rasa lapar.
Mentari mulai bergeser ke ujung Barat, anak desa berduyun-duyun meninggalkan bukit, sambil menjunjung makanan ternak, ada yang membawa kayu bakar di pundaknya, permainan hari ini selesai, semuanya tertawa girang, mandi di kali, sebelum pulang ke rumah masing-maisng, di desa yang berhawa dingin dan berkabut tebal. Suatu jadwal kehidupa telah dilalui hari ini di tengah bukit, tempat anak desa menyatu dengan alam.
Oleh : Maria D. Bora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar