Salam

Selamat datang di blog tercinta paud KB Bentara Salatiga. Menyajikan berbagai informasi tentang pendidikan anak usia dini kelompok bermain Bentara Salatiga. Terima kasih. Pengelola

Arsip

Selasa, 17 Mei 2011

SURAT UNTUK ANAK-ANAKKU (1)




Maria D. Bora,pengelola KB Bentara Salatiga.

Selamat datang di dunia anak-anakku…..hari ini Mama bahagia karena kalian sangat manis, dunia ini terasa sangat indah, gubuk yang kita tempati walau sederhana terasa sangat menyenangkan, perabotan tua yang kita miliki tak dapat membuat kesal namun tetap terlihat mewah. Semua kita bernyanyi, tertawa, berbagi cerita lucu kadang konyol. Semuanya begitu indah. Dalam tawa kalian, terpancar surga yang sangat nyaman. Kebahagiaan kami adalah melihat kalian gembira, rukun, saling bercanda, bercerita tentang rahasia-rahasia kecil yang kalian miliki. Tawa dan canda kalian pengobat segala lelah dan pusing kami sebagai orang tua, ….

Teringat akan masa kecil mama, ketika masih menjadi anak-anak seperti kalian. Suasana pegunungan, dengan hawa yang sangat dingin dan tidak dapat dikatakan sejuk, kami tumbuh dalam keprihatinan. Setiap pagi pergi ke sekolah harus berjalan kaki, tanpa alas kaki, apalagi sepatu dengan merk terkenal seperti sekarang. Tas pun unik, terbuat dari anyaman daun gewang, yang sekarang mulai tren lagi, setelah diberi aksesoris dan sentuhan seni… dengan harga yang selangit…. Hm… luar biasa.

Bila musim hujan tiba, kami sering bermain di lumpur, tapi hati-hati.. banyak cacing sebesar jempol di antara kaki-kaki, ikut bermain bersama. Kami tidak pernah memimpikan jas hujan atau payung bereda, yang ada, daun pisang atau daun keladi, itu adalah yang terindah, untuk memayungi buku-buku sekolah yang hanya seberapa. Jajan ???? Jaman mama tidak ada istilah jajan. Di sekolah kita datang untuk sekolah bukan untuk makan, atau pamer pinsil keluaran terbaru, tas keluaran terbaru, stip yang sedang tren, yang kami banggakan bila ladang kami sudah dicangkul, sudah ditanami padi, jagung, palawija, atau bila musim menuai, jumlah padi dan jagung yang diperoleh ayah yang penting kami tidak kelaparan.

Yah…. Jaman sudah berbeda… sentir merupakan sumber penerangan satu-satunya, bila malam mulai menggayuti desa, kotek anak ayam mencari induknya, dan ayam-ayam jantan mulai mengepakkan sayapnya, mencari tempat untuk bertengger, semua anak desa pulang dari kebun bersama orang tuanya sambil menjunjung makanan ternak. Jalan setapak desa mejadi ramai oleh canda, tawa dan nyanyian gadis-gadis dan pemuda yang pulang dari sako seng (kerja gotong royong) di ladang.

Pekerjaan rumah dari guru, dikerjakan di bawah terang sentir yang suram, berkedip-kedip di tiup angin desa yang cenderung kencang. Tak jarang anak desa tertidur pulas dengan secarik kertas di tangan, di temani sentir yang sudah lama padam kehabisan minyak tanah. Dalam tidur yang lelap tersungging sebuah senyum, akan masa depan yang gemilang, cita-cita yang selalu menderu dalam angan “aku ingin jadi seorang guru seperti para guru di sekolah, agar dapat mengajar anak-anak desa, sebuah cita-cita yang hebat.”

Anak-anakku, terkadang kami keras mendidikmu… karena kami tak ingin semua yang ada sia-sia, fasilitas yang ada hendaknya digunakan untuk meraih mimpi yang lebih tinggi setinggi langit, bukan berarti guru bukanlah pekerjaan yang mulia, namun jangkauan biasmu hendaklah bermanfaat bagi semua orang, dan bukan keterpurukan yang kami tuai karena kami tidak mendidikmu sejak dari kecil.

Anak-anakku…. Bangunlah desa dengan ilmu yang engkau peroleh, dan ciptakan karya-karya dashyat bagi orang lain, jangan harapkan orang menyodorkan uang ke tanganmu namun ciptakan sesuatu untuk menolong sesamamu tanpa mencibir, tanpa membuat mereka terhina.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar