Konon di
sebuah desa, terdapat tanah liat yang sangat ramah terhadap semua yang ada di
lingkungannya. Seorang pengerajin mencangkulnya dan membawanya ke rumahnya. Sampai
di rumah pengrajin, kemudian bertanyalah ia (baca: tanah liat) dalam hati “mengapa
aku dibawa ke sini?”. Sementara itu, sang pengerajin memberinya air dan
memandikannya, tapi si tanah liat itu tidak mengerti apa maksud semua ini, maka
ia menurut saja mau diapa-apakan pun, boleh, tapi ia terkejut ketika sang
pengerajin membawa suatu palu dan memukul-mukul dirinya sampai gepeng , kemudian
ia menekuk-nekuk si tanah liat itu. Karena merasa kesakitan, tanah liat itu beteriak
berteriak, tapi sang pengrajin tak peduli akan tangis, pengrajin itu bahkan dimakukkan dalam suatu bejana dan dibakar. Sang
tanah liat itu tambah menangis menjerit jerit hingga ia pun pingsan.
Pada waktu
bangun ia geli karena ia seperti digelitik ketika dilihat, ternyata ia sedang
dicat. Kemudian ia dibawa ke luar dan dikeringkan dengan api , sang tanah liat
pingsan lagi. Pada waktu terbangun ia terkejut karena,ia menyadari bahwa ia
sudah berubah wujud dan menjadi sosok yang cantik dan anggun ketika ia melihat
dirinya di depan cermin.
Oleh Dominico
Salvatore Moat Amfotis
SD Sta.
Theresia Marsudirini 77
Salatiga-Jawa
Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar